Serunya Bekerja di Jepang? Simak Dulu Fakta-fakta berikut ini!
Penulis : Amir Wata (redaksi suaramigran)
JAKARTA – Jepang menjadi primadona pasar tenaga kerja, kenapa tidak, sejak 2018 jumlah Tenaga Kerja Indonesia bahkan melonjak 3 kali lipat.
Dengan tawaran Gaji rata-rata Rp 18 Juta perbulan membuat warga negara Indonesia banyak tergiur untuk ke Jepang untuk menjadi TKI disana.
Tak heran, bahkan data Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang per Oktober 2023 menunjukkan angka tenaga kerja asing di Jepang berjumlah 2,05 juta orang.
Tenaga Kerja Asing diurutan pertama yang bekerja di Jepang didominasi oleh pekerja asal Vietnam, menggeser China yang tahun lalu ada di posisi itu.
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Jepang sendiri naik hampir tiga kali lipat dibanding 2018. Dikutip dari Nikkei, pada Sabtu (16/3/2024), jumlah perantau asal Indonesia melesat 192,2% menjadi 121.507 orang dalam lima tahun terakhir. Sementara pada tahun 2022 dan 2023 terjadi peningkatan 56%.
Jumlah kenaikan TKI yang ke Jepang itu tentu saja disebabkan oleh faktor dalam negeri dengan upah yang begitu kecil. Sementara Negeri Matahari Terbit ini menawarkan gaji cukup tinggi bagi pekerja asing, yaitu sebesar 177.800 yen atau US$ 1.200, atau sekitar Rp 18,7 juta untuk posisi magang.
Hingga kini, Jepang sangat membutuhkan pekerja dengan keterampilan Khusus di sektor manufaktur, konstruksi, perawatan dan restoran.
Di sektor pertanian, Tenaga Kerja Indonesia juga punya potensi luar biasa, Badan kepegawaian yang berbasis di Tokyo, Persol Global Workforce, bahkan mendatangkan pekerja terampil di sektor pertanian tahun lalu dengan menggaet lembaga pendidikan Indonesia.
Apalagi Indonesia bercita-cita menjadi salah satu produsen pertanian terkemuka di dunia, dan ingin memperoleh ilmu dari Jepang.
Beberapa TKI dipekerjakan langsung oleh pertanian milik pribadi. Persol juga mengirim TKI untuk bekerja sementara pada musim panen.
“Ada banyak potensi di Indonesia, yang memiliki populasi 270 juta jiwa,” kata Motoki Yuzuriha, presiden agen penempatan kerja Mynavi Global.
“Saya pikir negara ini pada akhirnya bisa melampaui Vietnam dalam perannya di pasar tenaga kerja Jepang,” lanjutnya.
Sementara itu pekerja dari Nepal meningkat 78,5% dalam lima tahun menjadi 145,587. Lebih dari 41% juga belajar di Jepang. Sementara pekerja asal Myanmar melonjak 49,9% pada 2022 dan 2023 menjadi 71.188.
Dikutip dari hops.id, negara-negara Eropa seperti Amerika dan Inggris juga tak kalah jauh dengan negara Asia dalam memburu pasar tenaga kerja di Jepang. Untuk Amerika sendiri, meningkat 5,7% dalam lima tahun menjadi 34,861, sedangkan pekerja asal Inggris meningkat 5,8% menjadi 12,945.
Sejumlah orang memilih Jepang karena biaya hidup lebih murah dibandingkan di kota-kota besar di AS dan Eropa.
Fakta TKI di Jepang
Jepang yang menjadi Primodana sebagai pasar tenaga kerja itu, ternyata memiliki fakta yang menarik jarang diketahui oleh orang-orang.
Gaji yang menggiurkan tersebut, ternyata tidak seheboh yang diberita-beritakan oleh media, beberapa contoh kasus misalnya, konon ada yang menerima gaji sampai 40 juta perbulan, ternyata jika diterima bersih hanya bisa mengantongi 12 juta saja perbulan.
Dikutip dari Hops.id, tidak sedikit TKI Jepang yang mengeluhkan terkait pekerjaan yang dijalaninya di negara Matahari Terbit itu.
Seperti seorang TKI bernama Purnama Ajar mengunggah video pada kanal YouTube pribadinya terkait kehidupan TKI di Jepang.
“Biaya kehidupan yang cukup mahal, jadi orang mengira kerja di Jepang dapatnya Rp30 juta, Rp35 juta, yah kalau kalian ngerasain lautan kerja di Jepang, biaya hidup yang besar gitu, biaya makan, biaya apa-apa aja tinggi,” ucap Purnama Ajar seperti dikutip suaramigran dari hops.id.
Selain itu, Purnama juga mengungkap jika biaya hidup di Jepang yang cukup tinggi, banyak orang Jepang yang tidak menikah dan berkeluarga.
“Makannya banyak orang-orang Jepang yang memutuskan tidak menikah, tidak berkeluarga, karena alasannya itu, biaya hidupnya tinggi,” ucapnya lagi.
Di tambah lagi, bagi mereka yang magang di Jepang, kan merasa sangat kesusahan dengan biaya hidup yang ada di sana.
Pasalnya, gaji TKI yang magang dengan yang bekerja secara penuh akan sangat jauh berbeda.
“Apalagi kita, yang magang di Jepang, yang gajinya cuma setengahnya pekerja orang Jepang, sedikit, cuma bisa bersyukur aja,” kata Purnama Ajar.
Akun Channel Youtube @EDYPENY juga tak jauh berbeda dengan Purnama Ajar yang merasakan pahitnya bekerja di Jepang selama 5 tahun.
Menurutnya, cukup banyak konten di sosmed yang pamer gaji tinggi di negara Sakura itu. Akun Youtube @EDYPENY yang sudah lima tahun bekerja di sana membantah kabar angin tersebut.
“Jadi teman-teman jangan mudah percaya dengan konten-konten YouTube ataupun konten sosial media kayak di TikTok yang mereview gaji itu di kisaran Rp40 juta sampai Rp50 juta itu semua hoax,” katanya dikutip pada Rabu, 13 Maret 2024.
“Aku akan meluruskan tentang soal gaji TKI Jepang yang katanya Rp40 juta Rp50 jutaan, ngeri itu semua. Ya bisa dibilang tidak semua tapi ada, tapi hanya mereka yang beruntung bisa dapat gaji segitu.” pungkasnya.
Edy merincikan gaji peserta magang yang katanya mencapai Rp40 juta. “Hoax! Itu mungkin gaji lembur plus. Maksudnya itu lemburnya mati-matian, pasti capek itu kalau mau dapat gaji segitu.” tukas Edy.
Gaji pekerja tokutei ginou
Ada yang menarik, TKI yang mendapat status tokutei ginou bisa bekerja di 14 sektor utama. Di antaranya pembersihan gedung, industri suku cadang mesin dan peralatan termasuk mengecor, mengelas sampai mengecat.
Selain itu, ada juga pekerjaan di industri listrik, pembangunan konstruksi, bengkel mobil, penginapan termasuk resepsionis dan layanan restoran, industri pertanian, perikanan, pembuatan makanan dan minuman hingga restoran membuka kesempatan untuk pekerja migran.
Yang menarik, Gaji tokutei ginou lebih besar dari pekerja magang.
“Itu gajinya minimal kurang lebih lah di kisaran antara 1000 Yen per jam,” ungkap Edy. Dia menjelaskan, upah per jam itu jika diakumulasi dalam sehari mencapai 8000 Yen. Maka sebulan mencapai 192.000 Yen atau setara Rp20.241.120.
Tapi jumlah tersebut masih berupa gaji kotor. “Nah, untuk potongannya itu ada banyak sekali. Ada untuk apato, terus Listrik, wi-fi, gas, air, makan-minum dan lain-lain. Kita ambil contoh aja untuk totalnya buat asuransi apa pun lain itu sekitar untuk biayanya 50.000 Yen.”
Sehingga gaji kotor 192.000 Yen dikurangi 50.000 Yen, maka sekitar 142.000 Yen atau Rp14.959.922.
“Gaji bersih bisa dibilang, paling ngirit sekitar itu. Setengah bersih belum makan dll. Kalau mau ngirit sisa Rp12 juta, ini gaji dasar.”
Nah, meskipun begitu, gaji di Jepang masih menang telak dibandingkan gaji buruh di Indonesia yang jauh dari kata layak, jika di Indonesia dengan standar UMR Jakarta 3,8 juta misalnya, tentu saja itu bisa 10 kali lipat jika anda pergi ke Industri di Jepang.
Tapi, lagi-lagi anda harus memiliki skil yang diperlukan oleh Industri yang ada di Jepang, faktor bahasa juga kerap kali menjadi kendala bagi mereka yang masih pemula ingin bekerja di negeri sakura tersebut.***