Oleh : Bung Amas, Pegiat Literasi
SEMUA kembali ke niat. Seperti itu kiranya starting point dalam usaha-usaha pembaharuan atau perubahan yang dilakukan. Deskripsi tersebut dapat ditarik dalam konteks integrasi Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Dimana KNPI yang menjadi wadah berhimpun pemuda yang kini terfragmentasi kepentingan, mau direkonsiliasikan.
Dalam tataran elit kepemudaan di Jakarta, pertemuan untuk agenda bersama penyatuan mulai dilakukan. Walau belum serius. Pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olahraga masih kurang bersimpati untuk turun langsung menginsiasi penyatuan KNPI. Indikatornya jelas, jika Menpora berniat baik melakukan pengintegrasian KNPI, maka seluruh pimpinan faksi KNPI dikumpulnya.
Kemudian dipublikasikan ke media massa untuk sosialisasi penyatuan yang benar. Bukan bersifat belah bambu. Menyatukan, tapi memangkas dan menggunting eksistensi pimpinan KNPI lainnya. Flashback sejenak KNPI yang secara organisatoris benar berjalan sesuai konstitusi organisasi adalah yang dipimpin Haris Pertama. Disisi lain, fakta membeberkan lain. Ada kurang lebih tiga kubu kepengurusan KNPI.
Pada top level pun konsolidasi itu belum rapi dilakukan. Konsekuensinya, di Provinsi dan Kabupaten/Kota pengurus tingkat DPD KNPI juga mengalami polarisasi. Pemerintah mestinya, melihat cela keterbelahan pemuda KNPI untuk disatukan. Selain menjadi prestasi pemerintah. Momentum penyatuan ini akan dikenang positif.
Gerakan segelintir pemuda yang diduga mencatut nama Menpora. Dengan iming-iming Kongres penyatuan KNPI akan menjadi pentas bagi-bagi anggaran, membuat pemuda di daerah risau. Bukan soal risau tidak mendapatkan tetesan uang tersebut, melainkan membaca bahwa dominasi uang membuat pemuda tidak lagi idealis. Penyatuan pemuda karena motivasinya iming-iming uang. Bukan moral force.
Begitu menyedihkan. Boleh jadi karena mindset dan kebiasaan buruk pemuda yang memaknai Kongres sebagai lumbung menghasilkan uang. Alhasil, forum Kongres dikapitalisasi. Mekanisme yang mestinya diberlakukan, menjadi perhatian, jadinya diabaikan. Semua berpeluang ditabrak, asalkan uang. Dalam segmentasi konsolidasi pra Kongres bersama mesti ditinjau. Perlu diredesain pertemuan tersebut, karena yang dilakukan kemarin ilegal.
Artinya jika langkah awalnya baik. Maka gerakan KNPI setelah Kongres akan menemui jalan yang benar. KNPI harus menuju siratalmustakim ‘jalan lurus’. Pengurus KNPI kedepannya, terlebih di tingkat DPP harus mampu optimal dan tuntas memutus intervensi kepentingan politik pemerintah ke dalam tubuhnya. Biarkan KNPI tumbuh subur dengan konsensus dan konsesi-konsesi moralitas dari gerakan pemuda.
Biarlah KNPI tumbuh-kembang pada marwahnya. Jangan mau digoda. Kongres bersama karena iming-iming uang, merupakan pengingkaran terhadap orientasi KNPI. Seharusnya kesadaran kolektif pemuda untuk bersatu yang tumbuh, dilahirkan. Sebab, ketika kepentingannya karena materi, maka percayalah setelah Kongres penyatuan, akan ada lagi dualism KNPI. Atau bahkan lebih. Disinilah, niat baik dari para pemuda-pemuda di KNPI untuk bersatu yang paling utama.
Pemuda di daerah berharap Menpora mempelopori penyatuan pemuda yang adil bermartabat. Diawali dengan tatap muka bersama para pimpinan yang berkubu-kubu di KNPI. Jangan mempercayai kurir atau calo untuk menyatukan KNPI. Lebih maksimal, lebih tepat jika peran penyatuan diperankan langsung Menpora Bang Zainudin Amali. Tidak bisa ditutup-tutupi lagi, ego sektarian dan kecemburan masih tumbuh di semua kubu kepengurusan KNPI.
Penyatuan ini juga mengedepankan aspek kejujuran dan keadilan. Lalu setelahnya saling legowo, saling memaklumi dan melahirkan kearifan bersama. Ketika itu dilakukan, maka tuntaslah semua. Friksi di internal KNPI akan dapat dieliminir. Ego masing-masing kubu bisa diredam. Asalkan komitmennya, memulai Kongres bersama dengan melibatkan semua elit stakeholder KNPI.
Kita semua pemuda harus mau dan juga siap meretas jalan lurus. Menuju KNPI yang punya visi pembaharuan, maju serta bermoral. Dari alur itulah, etika moralitas harus dikedepankan dalam konsolidasi menyongsong Kongres bersama KNPI. Hanya melalui kesadaran pemudalah semua pertentangan, problematika pemuda teratasi. Sialnya, bila pemuda KNPI mau dan mudah menggadaikan organisasi demi uang.
Sudah saatnya dikubur tabiat mengkapitalisasi KNPI. Pikirkan segera regenerasi. Jangan para pemain lama terus-menerus menguasai arena Kongres, bahkan urusan di luar forum Kongres yang demikian berpengaruh itu makin kuat didominasi pemain lama. Kapan KNPI melahirkan kader-kader baru?, kapan pula produktifitas pikiran mengalir. Kiranya Kongres bersama KNPI juga menjadi pintu masuk bagi proses ‘cut generasi’.
Para generasi baru harus tumbuh, dan diberi ruang berKNPI. Generasi lama yang usianya melampaui Undang-Undang Nomor 40 tahun 2009, tentang Kepemudaan sudah harus memikirkan istrahat atau diistrahatkan dari KNPI. Sehingga semua bisa tertib dan disiplin dalam berorganisasi. Semua dapat giliran berKNPI. Mereka yang ngaku pemuda tapi usianya bukan lagi 16 sampai 30 tahun, sudah harus tahu diri. Jadilah purnawirawan pemuda yang berjiwa ksatria.