Rasanya, belum kering air mata menetes atas kepergian mantan Sekjend PB HMI-MPO M Nushki Zetka, di Purwokerto (22 Juni 2021). Hari ini (24/6) kabar duka datang lagi dari sebuah pulau nun jauh di timur sana. Aktivis panutan HMI Majid Bati dini hari tadi pergi menghadap Yang Maha Kuasa. Jenazah alm. Majid dimakamkan di tanah kelahirannya Kel. Kalaodi, Tidore Timur, Pulau Tidore, Maluku Utara.
Kita yang mengenal almarhum, pasti sepakat mengatakan, Majid adalah sosok yang tulus, sederhana, idealis dan konsisten. Waktu itu saya sedang melamar beasiswa ke Amerika. Zaman itu, di HMI-MPO melamar beasiswa ke luar negeri adalah hal yang sesuatu benget. Dengan segala keterbatasan pengusaan bahasa Inggris saya, Bang Majid adalah sosok yang berjasa mendukung. Tanpa banyak saran lisan, beliau kirimkan copy buku dan catatan kuliah bahasa Inggrisnya untuk saya pelajari. Dikirim dari Makassar ke Jakarta!
Saya bukan dari HMI Makassar, saya juga bukan orang dari timur. Saya aktif di HMI Jogja, saya orang Jawa. Tapi perhatian Bang Majid untuk adindanya luar biasa! Buka soal isi materi dan catatannya, sikapnya itu memberikan pesan semangat luar biasa bagi saya, untuk maju dan berjuang.
Kesederhanaannya? Mulai cara berpakaian, cara bicara, cara hidup, semua menyiratkan kesederhananya. Saya tak pernah Bang Majid berpakaian perlente ala anak-anak muda zamannya. Jangan pernah membayangkan Bang Majid memakai celana jeans atau baju kaos trendy. Bajunya ya itu-itu saja: kemeja/batik biasa dan celana cingkrang. Bicaranya juga hemat, jarang memakai istilah-istilah rumit, selalu on-track pada konstitusi, jika sedang mengisi acara HMI.
Bang Majid adalah pejalan tangguh. Di HMI saya mengingat ada tiga orang punya kekuatan luar biasa dalam berjalan kaki. Yang pertama Arif Jenggot (anak komisariatku), yang kedua Martadinata (anak HMI Jogja) dan yang ketiga adalah Bang Majid. Saat aktif di PB HMI di Jakarta, kala rata-rata orang ‘manja’ dan memilih naik kendaraan, bang Majid adalah sosok yang tidak manja dan memilih jalan kaki.
Di tengah megahnya kita Jakarta dengan segala kemudahan moda transportasinya, Bang Majid adalah sosok yang ke mana-mana memilih jalan kaki, bahkan sampai hitungan jarak puluhan kilometer. Saat ini jalan kaki sudah menjadi _trend_, apalagi di kala pandemi. Tetapi zaman itu, jalan kaki sering dicibir dengan menanyai, kenapa musti jalan kali…?
Soal idealis dan konsistensinya, tak pernah ada yang meragukan. Siapapun kader HMI-MPO, terutama dari Makassar, pasti mengakui konsistensi Bang Majid dalam mengawal perkaderan HMI. Beliau tak pernah absen jika diundang mengisi training. Spesialisasinya bicara konstitusi HMI. Sampai akhir hayatnya, Bang Majid adalah satu rujukan bagi kader-kader HMI untuk bertanya soal konstitusi.
Dalam bekerja, Bang Majid juga tak mau jauh-jauh dari HMI. Terakhir yang saya ingat, beliau memilih bekerja di KOPEL (Komite Pemantau Legislatif), sebuah lembaga non-pemerintah yang bergerak pada penguatan demokrasi. Lembaga ini dirintis oleh para eksponen HMI Makassar untuk memperjuangkan nilai-nilai demokrasi di Indonesia. Saya belum pernah dapat update Bang Majid bekerja di tempat lain.
Setelah dari HMI, saya memang tak lagi banyak interaksi dengannya, tetapi cerita-cerita tentangnya masih sering saya dengar dari sesama alumni ataupun kader HMI. Hingga datanglah berita tentang kepergiannya hari ini, di kampung halamannya.
Majid Bati telah berpulang ke haribaan-Nya. Hari ini menjadi kisah terakhir tentangnya di dunia ini. Kepergiannya meninggalkan banyak kenangan, bukan hanya bagi keluarga dan orang terdekatnya, tetapi juga bagi para aktivis dan alumni HMI. Selamat jalan, Bang Majid! Doa kami pasti takkan sebanding dengan kenangan kebaikan yang kau tinggalkan. Kami yakin engkau husnul khotimah. Kami menjadi saksi, kau pergi dengan membawa bekal dan tinggalan amal jariyah berlimpah.
Jakarta, 24 Juni 2021
M Chozin Amirullah, Ketum PB HMI periode 2009-2011