Melayani & Melindungi Dengan Nurani

Kisah Tragis Masiroh, PMI Suriah 22 Tahun yang tak Dibayar Upahnya

“Bahkan Dikira Sudah Meninggal oleh Keluarga di Kampung!”

70

JAWABARAT – Masiroh, akhirnya dapat menghirup udara segar di kampung halamannya Indramayu, Jawa Barat, setelah 22 tahun menjadi TKW di Suriah.

Tak seperti TKW lainnya, kehidupan Masiroh di negeri yang sedang mengalami konflik perang itu penuh dengan duka cita.

Sungguh tragis nasib Masiroh di tempat dia bekerja, tercatat selama 20 tahun tersebut ia sudah berganti 4 majikan.

- Advertisement -

Meskipun begitu, tempat majikan pertama ia bekerja tak sedikitpun pernah mendapatkan upah, ia bahkan kerap disiksa istri dari majikannya.

“Berangkat ke Suriah tahun 2001, di majikan yang pertama 4 tahun, udah itu di majikan yang pertama dipukuli sama istrinya,” kata Masiroh.

Namun, Masiroh penuh dengan kesabaran tetap menjalankan tugas-tugasnya sebagai Pembantu Rumah Tangga, hingga Masiroh kembali diover ke majikan lainnya.

Bukannya ada perubahan, justru Masiroh masih mendapatkan perlakuan yang sama dari majikan keduanya itu.

“Setelah itu pindah kerja lagi tiga tahun bayarannya sama majikan yang pertama itu diambil,” kata Masiroh menceritakan pengalamannya yang penuh dengan duka.

Ketika dirinya pindah tempat kerja ke majikan yang ketiga, menurut Masiroh, upah yang harusnya diberikan kepadanya justru diambil majikannya yang pertama.

“Yang ketiga, tiga tahun lagi gajinya diambil lagi oleh majikan yang pertama,” ucapnya.

“Waktu dimajikan yang ketiga terjadi peperangan, aku takut. Pas perang itu aku pergi sama majikan, Alhamdulillah Allah masih melindungi sehingga aku gak ada yang luka,” Ujar, Masiroh.

Dianggap Meninggal Akibat Perang Suriah

Keluarga Masiroh yang ada di Desa Pranggong, Kecamatan Arahan, Indramayu, Jawa Barat sebenarnya tak pernah diam mencari-cari keberadaan wanita berusia 38 tahun itu.

Keluarga menganggap Masiroh sudah meninggal dunia, mengingat Suriah, negara dimana Masiroh bekerja merupakan negara konflik dan sedang dilanda perang.

Keluarga bahkan sempat mengelar pengajian untuk mendoakan almarhum Masiroh.

Hingga akhirnya, kabar Masiroh kembali diungkap oleh seorang YouTuber.

“Dari tahun 2001 itu masih ada kontak, hilang kontak itu pas tahun 2002, terus pas 2023 ada seorang YouTuber yang videoin permasalahannya diterangin secara detail, Alhamdulillah ada perkembangan,” ujar adik Masiroh, Abdul.

- Advertisement -

Keluarga kemudian bisa terhubung dengan Majikan Masiroh melalui video call.

“Sama majikan ke empat ini ada komunikasi lewat video call. Jadi dari majikan pertama itu totalnya empat tahun, terus setelah empat tahun Masiroh dilempar ke majikan lain,” ujar Abdul.

Abdul menuturkan, Masiroh masih mengalami trauma yang mendalam akibat penyiksaan majikan dan peperangan di Suriah, bahkan kini ia tidak mengenal teman-temanya semasa ia duduk di bangku sekolah, serta tidak fasih berbahasa Indonesia.

“Masiroh sempat dikabarkan meninggal karena pas dua tahun Masiroh bekerja di Suriah, tidak ada kontak sama sekali sampai 2023, apalagi kami di sini tau kalau negara sana saat itu sedang terjadi konflik,” ujar Abdul.

Keluarga sendiri memiliki firasat, bahwa Masiroh masih hidup, karena tanda-tanda tentang kematiannya tak terlihat.

“Tapi seandainya Masiroh sudah meninggal pun biasanya kami pihak keluarga pasti ada yang mimpi ketemu dia, itu pasti tanda-tandanya. Nah berhubung tanda-tanda itu tidak ada maka kami sebenarnya masih yakin kalau kakak saya Masiroh itu masih hidup. Kami sudah menggelar tahlilan, bahkan kalau ada acara tahlilan apapun itu kami keluarga sering atau selalu mengirim doa untuk Masiroh, karena kami sudah menganggapnya sudah tidak ada,” terang Abdul.

Harapan besar keluarga hak-hak Masiroh selama bekerja di Suriah bisa diperjuangkan oleh pemerintah.

“Saya berharap, sebagai wakil keluarga dari Masiroh, dari majikan pertama sampai ketiga itu mudah-mudahan bisa diusut kembali hak-haknya Masiroh, syukur Alhamdulillah kalau bisa dicairkan. Total Masiroh di Suriah itu 22 tahun sejak 2001 atau sejak Masiroh lulus sekolah MI,” ujar Abdul.

Berangkat Lewat Jalur Agensi Ilegal

Sejak tahun 2002 silam, Masiroh sudah berangkat ke Suriah untuk menjadi pekerja migran, saat itu Masiroh baru saja lulus dari bangku SMP.

Setelah lulus SMP itu Masiroh langsung menikah, ia memilih ke Suriah karena alasan ekonomi, berangkatlah Masiroh ke Timur Tengah bersama teman-temannya.

Selang berapa tahun, Masiroh diketahui terjebak dalam konflik saudara di Suriah dan kehilangan paspornya, namun ia memilih tetap tinggal dan selama puluhan tahun hidup dengan berpindah-pindah tempat kerja.

Keberadaannya pun diketahui oleh pihak keluarga pada Februari 2024 ini. Masiroh juga sempat meminta pertolongan kepada Presiden Jokowi melalui foto yang disebar di media sosial.

“Alhamdulillah sudah bisa berkumpul kembali bersama keluarganya, jadi saya minta kepada pekerja migran yang ada di luar apabila ada masalah segera melapor ke KBRI agar segera dibantu,” tegas Nina didampingi Plt. Kadisnaker Indramayu, Nonon Citra Wulandari.

Nina juga meminta kepada masyarakat Indramayu yang akan menjadi pekerja migran untuk tidak tergiur dengan iming-iming oleh pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga tidak menempuh proses legal.

“Jangan tergoda oleh iming-iming oleh pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga nantinya bisa terjadinya TPPO, ini harus kita hindari bersama,” ucapnya.***

Tinggalkan Balasan